Kamis, Mei 23, 2013

Kuliah di Hubungan Internasional dan Menjadi Diplomat?


       

Who Wants to be a Diplomat? Apa yang terlintas di pikiran kamu ketika mendengar kata “diplomat”? Jalan-jalan ke luar negeri, gaji dolar, penampilan stylish & dandy lengkap dengan jas dan dasi, kehidupan glamour, pintar bersilat lidah dengan bahasa-bahasa bersayap? Atau mungkin kamu sepakat dengan adagium lama bahwa diplomat identik dengan protokol, alkohol, dan kolesterol? Imajinasi kamu memang tidak terlalu salah, tapi juga tidak mencerminkan profesi diplomat secara benar dan utuh. Profesi diplomat jauh lebih luas dari sekadar hal-hal yang sering diimajinasikan oleh orang awam. Siapakah Diplomat? Siapa sebenarnya diplomat itu? Tanpa harus merujuk pada konsep-konsep yang kompleks atau tinjauan sejarah yang panjang, secara sederhana diplomat bisa disebut sebagai seseorang yang bekerja di kementerian luar negeri dan ditempatkan di suatu negara untuk menjalankan fungsi yang terkait dengan hubungan negaranya dengan negara lain. Seseorang diplomat bisa saja berasal dari instansi di luar kementerian luar negeri (contoh atase militer, atase pendidikan, atase perdagangan, dll), tapi ia berada di bawah koordinasi dan otorisasi kementerian luar negeri. Sebaliknya ada juga pegawai kementerian luar negeri yang bekerja di luar negeri tapi ia bukan diplomat, contohnya staf lokal, pegawai administrasi dan komunikasi. Singkatnya, diplomat adalah suatu profesi yang spesifik dengan karakter dan fungsi tertentu. 

Pertanyaan selanjutnya, apa sebenarnya yang dikerjakan seorang diplomat? Secara konseptual diplomat memiliki empat fungsi utama, yaitu (1) mewakili (representing) pemerintah negaranya di negara tempat ia ditugaskan (negara akreditasi); (2) mengembangkan (promoting) hubungan baik antara negaranya dengan negara akreditasi; (3) melindungi (protecting) warga negaranya atau kepentingan negaranya di negara akreditasi; (4) merundingkan (negotiating) berbagai hal terkait dengan hubungan negaranya dengan negara akreditasi; dan (5) mendapatkan (ascertaining) informasi terkait dengan perkembangan negara akreditasi kemudian melaporkannya kepada pemerintah negaranya. Konkritnya seorang diplomat mengerjakan hampir semua hal yang terkait dengan hubungan negaranya dengan negara lain. Jangan bayangkan kerja diplomat hanyalah kerja-kerja yang “keren” seperti menjadi delegasi di PBB, menghadiri sidang ASEAN, atau juru runding perjanjian RI dengan negara lain, dll. Diplomat juga harus menjalankan dengan tugas-tugas yang bersifat pelayanan dan perlindungan kepada masyarakat seperti pelayanan visa atau perlindungan warga RI di luar negeri. Jadi, seorang diplomat juga harus siap mengurus TKI bermasalah dari mulai mengunjungi penjara, menyediakan bantuan hukum, memproses pemulangan, bahkan termasuk mengantar jenazah WNI ke tanah air. 


Deplu saat ini memberikan prioritas yang tinggi terhadap upaya pelayanan dan perlindungan WNI di luar negeri dengan semangat “kepedulian dan keberpihakan”. Bukan zamanya lagi diplomat hanya tampil necis di KBRI dan acara-acara seremonial. Bukan waktunya lagi diplomat yang angkuh dan arogan terhadap warga sendiri di luar negeri. Diplomat RI harus siap menggulung lengan baju dan terjun langsung melayani masyarakat kita di luar negeri. KBRI adalah rumah Indonesia di luar negeri yang bisa diakses oleh WNI setiap saat. Mengingat tuntutan tugas yang beragam, seorang diplomat dituntut untuk memiliki kecakapan yang komplit. 

Pertama, dari aspek mental harus dicamkan bahwa pada dasarnya seorang diplomat adalah seorang pegawai negeri atau aparat negara. Diplomat bukan pegawai swasta, akademisi, jurnalis, atau aktivis LSM. Sebagai aparat negara ia adalah abdi dan pelayan kepentingan rakyat. Terkait dengan hal ini seorang diplomat minimal harus memiliki dua karakter utama. Pertama, ia harus memiliki mental melayani kepentingan masyarakat. Mentalitas birokrat lama yang lamban dan justru ingin dilayani harus dibuang jauh-jauh. Kedua, seorang diplomat dengan sendirinya haruslah seorang nasionalis. Artinya, ia memiliki kepekaan terhadap masalah kemasyarakatan dan kebangsaan dan memiliki komitmen yang tinggi untuk memperjuangkan kepentingan bangsanya dalam hubungan antarbangsa. Selain itu karena merupakan aparat negara dan bagian dari birokrasi maka seorang diplomat juga harus taat dengan prosedur dan mekanisme kerja pemerintahan yang memiliki jenjang dan hierarki tertentu, tanpa harus menjadi birokratis. Jika Kamu tidak memiliki semangat pelayanan atau kesiapan dengan struktur birokrasi, ada baiknya Kamu bekerja di tempat lain apakah sebagai peneliti, aktivis LSM, atau di sektor usaha. 

Kedua, dari sisi intelektualitas seorang diplomat dituntut untuk memiliki pengetahuan yang luas mengenai berbagai hal. Yang pertama dan paling utama, seorang diplomat harus paham dan mengenal betul negerinya sendiri. Ia harus menguasai pengetahuan tentang sejarah, sistem dan dinamika perkembangan politik, ekonomi, sosial, budaya, geografi negerinya sendiri dengan baik. Untuk mahasiswa Hubungan Internasional hal ini perlu diperhatikan, karena terkadang karena terlalu “asyik” dengan segala hal yang berbau internasional, justru kurang memperhatikan perkembangan-perkembangan di dalam negeri. Selain pemahaman masalah dalam negeri, pemahaman masalah-masalah internasional juga mutlak diperlukan mulai dari isu-isu politik, keamanan, ekonomi, lingkungan, hinga masalah-masalah sosial budaya. Memiliki keahlian di satu aspek yang khusus sangat baik, akan tetapi seorang diplomat harus tetap memiliki pemahaman memadai terhadap semua masalah. Dengan kata lain seorang diplomat dituntut untuk menjadi seorang generalis sekaligus spesialis. 

Ketiga, karena lingkup tugasnya berhubungan erat dengan hubungan antarindividu, dari sisi keterampilan, seorang diplomat dituntut untuk memiliki kemampuan komunikasi dan interaksi yang baik. Penguasaan bahasa Inggris yang baik, bahkan mendekati sempurna, adalah suatu keharusan. Akan menjadi nilai lebih jika memiliki kemampuan bahasa asing lainnya, khususnya bahasa yang digunakan di PBB (Arab, Perancis, China, Jepang, Spanyol, Jerman, atau Rusia). Kecakapan berbicara di depan publik (public speaking) juga merupakan suatu keharusan bagi seorang diplomat. Yang juga tidak kalah pentingya bagi seorang diplomat adalah kemampuan berinteraksi, termasuk interaksi interkultural. Seorang diplomat harus luwes bergaul dengan siapa saja dan dari latar belakang apa saja. Karena itu, seorang diplomat juga memiliki pikiran yang terbuka serta fleksibilitas dalam berinteraksi. Singkatnya, seorang diplomat harus tegas dalam prinsip namun fleksibel dalam pendekatan. 

Seorang yang dogmatis dan kaku tidak cocok untuk menjadi seorang diplomat. Dengan kemampuan komunikasi dan interaksi yang baik, seorang diplomat akan mampu membangun hubungan dan jaringan yang luas di mana saja yang sangat penting untuk mendukung tugasnya. Siapkan Strategi Pertempuran Jika kualifikasi tersebut sudah anda dimiliki, berarti anda sudah layak untuk menjadi seorang diplomat. Sekarang masalahnya adalah bagaimana kamu bisa masuk ke Departemen Luar Negeri. Di manapun di seluruh dunia, profesi diplomat selalu memiliki tingkat kompetisi yang tinggi, apalagi di Indonesia dimana tingkat penganggguran sangat tinggi. Sebagai ilustrasi, pada perimaan tahun 2006 yang lalu, terdapat sekitar 15.000 pendaftar, sementara yang diterima hanya 100 orang. Dalam hal ini strategi dan taktik menembus ujian sangat menentukan. Karena ada kalanya kemampuan yang baik tidak selalu berarti kamu bisa lulus ujian. Kamu boleh memiliki semua prasyarat sebagai diplomat yang ideal, tapi ketika Kamu tidak mempersiapkan ujian dengan baik, bisa saja anda gagal dan kalah dari orang yang kemampuannya biasa-biasa saja tapi memiliki persiapan dan strategi ujian yang baik. Karena itu kata kuncinya adalah persiapan, strategi, dan taktik! 

Ada empat tahapan seleksi ujian Deplu. 

Pertama, seleksi kelengkapan administrasi, mulai dari ijazah, bukti identitas diri (KTP, Akte Kelahiran), hingga surat-surat keterangan lainnya. Dalam tahap ini yang dilihat hanyalah kelengkapan dan kesesuaian dengan syarat yang dibutuhkan. Karena itu, anda harus cermat dan teliti, jangan sampai ada dokumen yang salah atau tertinggal. 

Setelah seleksi administrasi lolos, tes tahap kedua adalah ujian subtansi tertulis mengenai masalah-masalah nasional dan internasional, dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Biasanya soal terdiri dari tiga kategori, yaitu pilihan berganda, pertanyaan dengan jawaban pendek, serta pertanyaan esai opini. Secara umum Kamu harus menguasai isu-isu nasional dan internasional terkini (minimal satu tahun terakhir dan enam bulan ke depan). Pada pertanyaan kategori pertama dan kedua, Kamu harus menguasai pengetahuan yang bersifat detail (contoh: siapa Sekjen ASEAN sekarang, di mana KTT ASEAN XII diadakan, berapa kali Indonesia jadi anggota DK PBB, siapa Sekjen WTO, kapan Amandemen Ketiga UUD, sebutkan visi Kabinet Indonesia Bersatu, berapa negara dan sebutkan seluruh anggota ARF, dll). Oleh karena itu Kamu dituntut bukan saja memahami tapi juga hafal data-data yang detail mengenai suatu peristiwa. Pertanyaan kategori tiga adalah pertanyaan dengan jawaban esai mengenai berbagi isu nasional dan internasional kontemporer (contoh: Jelaskan pendapat Kamu mengenai penanganan TKI; Bagaimana peran Indonesia dalam DK PBB, dll). 

Seleksi tahap ketiga adalah kemampuan bahasa. Kamu bisa memilih bahasa Inggris saja, atau bahasa-bahasa PBB lainnya yang dikuasai (Arab, Perancis, Spanyol, China, Jepang, Jerman, dan Rusia). Peserta bahasa asing selain Inggris memang lebih sedikit, tapi umumnya mereka yang memilihnya memang menguasai dengan baik. Jadi jika pemahaman bahasa asing selain Inggris anda sedang-sedang saja, sebaiknya pilih bahasa Inggris saja. Tes kemampuan bahasa adalah tes tertulis standar TOEFL atau EPT (biasanya di LIA) dengan standar minimum 550. Akan lebih baik jika sebelum ujian anda berlatih tes yang sejenis sehingga bisa mnegukur kemampuan. Tes keempat terdiri dari tiga jenis tes, (1) tes psikologi tertulis dan wawancara ; (2) tes kemampuan teknologi informasi, dan (3) wawancara substansi. Tes psikologi akan menilai apakah secara psikologis anda cocok menjadi diplomat. Dengan kata lain anda akan dinilai apakah memiliki kepribadian yang terbuka, kemampuan komunikasi yang baik, kemampuan mengidentifikasi kelemahan, kelebihan, dan tujuan hidup, dll. Tidak ada jawaban yang benar atau salah dalam tes ini. Yang perlu dipersiapkan adalah kepercayaan diri, ketenangan dan daya tahan, karena tes berlangsung cukup lama dan melelahkan. Tes pengetahuan teknologi informasi (IT) pada waktu yang lalu dilakukan secara tertulis. Pertanyaan seputar istilah-istilah IT yang banyak digunakan (misalnya WiFI, LAN, blackberry, dll), software maupun pemrograman, atau cara-cara menjalankan operasi komputer. 

Tes terakhir dan biasanya paling menentukan adalah tes wawancara substansi. Setiap orang akan menghadapi satu panel yang terdiri dari tiga interviewer. Wawancara berlangsung maksimal 30 menit. Pertanyaan seputar masalah nasional dan internasional dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Selain kemampuan menjawab pertanyaan, dinilai juga penampilan dan tingkah laku. Jadi selain mempersiapkan substansi, Kamu juga harus tampil dengan baik. Jika anda lulus tahap terakhir ini, maka Selamat anda telah menjadi calon diplomat !!! The First Step of Long Journey Lulus seleksi adalah awal dari perjalanan Kamu menjadi diplomat. Bersuka cita selama bulan-bulan pertama boleh-boleh saja. Akan tetapi setelah itu Kamu harus melalui tahapan-tahapan panjang dalam karier sebagai diplomat. Satu tahun pertama calon diplomat harus mengikuti Sekolah Dinas Luar Negeri (Sekdilu) selama sekitar tujuh bulan dilanjutkan dengan magang di luar negeri selama tiga bulan. Selama Sekdilu, para calon diplomat akan mendapatkan materi seputar pengetahuan tata organisasi Deplu, substansi hubungan internasional, politik luar negeri, diplomasi dan masalah-masalah domestik, serta keterampilan-keterampilan diplomasi (negosiasi, public speaking, korespondensi diplomatik, bahasa asing dll).

Setelah selesai mengikuti pendidikan, maka para diplomat muda akan ditempatkan di unit-unit di Deplu selama selama sekitar tiga tahun. Selama periode tersebut, para diplomat muda juga diberi kesempatan untuk melanjutkan studi yang lebih tinggi (S-2 atau S-3). Deplu sangat mendorong para diplomat untuk menempuh pendidikan setinggi-tingginya. Setelah sekitar tiga tahun di dalam negeri, para diplomat muda ditempatkan ke perwakilan-perwakilan RI di luar negeri selama tiga tahun. Setelah itu mereka harus kembali ke tanah air selama dua sampai tiga tahun, dan kemudian ditempatkan lagi di luar negeri. Demikian seterusnya hingga pensiun. Dalam perjalanan karier seorang diplomat, ia akan mendapat ranking diplomatik secara berjenjang. 

Dari mulai terendah sampai tertinggi adalah: attaché, third secretary, second secretary, counselor, minister counselor, minister, dan ambassador. Duta besar adalah karier puncak seorang diplomat, meskipun tidak semua diplomat bisa mencapai karier puncak tersebut. Selain itu, karena merupakan jabatan politis maka duta besar juga bisa diisi oleh mereka dari luar diplomat karier. Untuk mencapai puncak karier diplomat juga terdapat jenjang-jenjang pendidikan yang harus dilalui seperti Sekolah Staf Dinas Luar Negeri (Sesdilu) untuk tingkat madya dan Sekolah Pimpinan Departemen Luar Negeri (Sesparlu) Nah, bagaimana dengan kesejahteraan? Selama bertugas di dalam negeri gaji diplomat sama seperti pegawai negeri pada umumnya tergantung pangkat dan golongan (mulai dari Rp.1 juta hingga 3 juta). Dibanding dengan sektor swasta tentu gaji pegwai negeri relatif lebih kecil. Selama di luar negeri memang seorang diplomat digaji dengan mata uang dollar Amerika Serikat. 

Mengingat standar kehidupan di luar negeri yang relatif cukup tinggi dan status sebagai wakil negara, diplomat mendapatkan penghasilan yang cukup tinggi dibanding standar pegawai negeri di dalam negeri. Di luar negeri, rata-rata seorang diplomat bergaji mulai US$ 3000 hingga US$ 6000 per bulan. Akan tetapi, ketika kembali ke tanah air maka gajinya kembali ke standar tanah air. Yang pasti, pendapatan sebagai seorang diplomat relatif mencukupi sehingga tidak ada alasan untuk tidak bekerja secara optimal apalagi untuk korupsi. Demikianlah gambaran mengenai karier sebagai diplomat. Terlepas dari masalah prospek karier dan tingkat kesejahteraan, mestinya pilihan karier didasarkan pada minat Kamu, kemampuan, dan idealisme. Satu hal yang pasti, seorang diplomat adalah penyambung lidah rakyat, pelayan dan pengabdi rakyat. Karena itu diplomat harus peduli, berpihak, dan bekerja keras memperjuangkan kepentingan bangsa, negara dan rakyat!!!! 

Selamat menjadi diplomat!!!!

Membumikan Masyarakat Ekonomi ASEAN



Perdebatan tentang kesiapan Indonesia menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 makin hangat bergulir. Namun, arah perdebatan seringkali tidak tepat bila hanya mempertanyakan apakah kita siap atau tidak.
Kenapa demikian? Paling tidak jawabnya ada pada bagaimana bangsa ini merespons dua hal. Pertama, kaburnya makna ideologi yang dipegang. Kedua, penguatan sikap mental.
Kaburnya Makna Ideologi
Pasca reformasi yang ditandai bergesernya otoritarianisme menuju kehidupan yang demokratis menghadapi salah satu tantangannya yaitu krisis ideologi yang dipegang secara formal. Pada masa Orde Baru (Orba) semua komponen bangsa bisa dengan cepat dan sigap bila ditanya ideologi apa yang diyakini dan dilaksanakan oleh pemerintah. Jawabnya: Pancasila.
Paling tidak secara formal mereka bisa menjawab walaupun secara esensial praktik sehari-hari sudah menjurus kepada kapitalisme yang hanya menguntungkan segelintir orang. Setali tiga uang dengan yang dipraktikkan sekarang. Saat ini sepertinya ideologi negara semakin kehilangan makna hakiki dan formalnya. Hal ini berbahaya karena baik penyelenggara negara maupun masyarakat umum tidak memiliki pegangan yang kokoh terhadap sistem nilai, ide, dan keyakinan yang menjiwai gerak langkah mereka.
Karena itu, bisa dipahami bila saat ini ada usaha keras untuk mengontekstualisasi Pancasila di tengah terjangan globalisasi. Salah satunya melalui aktivitas yang digalakkan MPR dengan kampanye empat pilar kebangsaan. Disadari atau tidak, ideologi yang semestinya menjiwai pilihan kebijakan yang diambil pemerintah sepertinya makin kabur. Padahal, sudah selayaknya pilihan-pilihan kebijakan publik memiliki rujukan dan pertimbangan filosofis yang kuat dan tegas.
Tentunya, bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Apalagi bila merujuk pada pemahaman hakiki ideologi Pancasila, sejatinya meletakkan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi atau golongan. Kebijakan pemerintah yang diambil saat ini lebih banyak dipengaruhi pertimbangan liberalisme kapitalistik. Konsekuensinya, pihak yang lebih diuntungkan adalah para pemodal dan pengusaha besar yang dari sisi jumlah lebih sedikit, namun mayoritas bila dilihat dari penguasaan sentra-sentra ekonomi.
Sementara itu, kalangan pengusaha kecil dan menengah (UKM) selalu menjadi penonton dalam panggung ekonomi nasional apalagi regional ataupun global. Singkatnya, imbas globalisasi semakin menguatkan ekonomi liberalistik, lebih menguntungkan pengusaha besar dan makin memarginalkan UKM dan usaha-usaha rakyat banyak termasuk koperasi. Dengan demikian, dalam konteks MEA, akankah bangsa ini terus mengamini sistem ekonomi seperti ini atau memiliki alternatif lain termasuk memaknai kembali sistem ekonomi yang digali dari Bumi Pertiwi sendiri yaitu Pancasila.
Pilihannya kemudian bila kita berpandangan bahwa globalisasi beserta sistem ekonomi yang cenderung mengusung liberalisme pasar sebagai suatu keniscayaan yang tidak dapat dipungkiri lagi, mau tidak mau kita harus siap dan terus menatap MEA. Namun, bila kita punya pemikiran alternatif yang tegas, boleh jadi kita masih bisa bernegosiasi atau memanfaatkan MEA ini secara lebih cerdas.
Sikap Mental
Implementasi MEA 2015 tidak hanya persoalan para pelaku usaha, tetapi juga menyangkut sikap mental semua pemangku kepentingan. Bagi para pelaku usaha sudah tentu harus meninggalkan sifat cengeng dan selalu ingin bermanja-manja oleh kebijakan pemerintah. Peningkatan daya saing menjadi kata kunci. Daya saing dicapai dengan berani menjadi petarung yang tangguh secara internasional atau paling tidak di kancah regional Asia.
Tidak hanya berpuas diri menjadi raja kecil di negeri sendiri. Bagi para pembuat kebijakan baik eksekutif maupun pembuat undang-undang, keberpihakan terhadap ideologi negara menjadi sangat penting. Birokrat dan politisi merupakan penentu proses politik yang sudah barang tentu diperkuat dengan alat kelengkapan yang memiliki keahlian teknis berkait dengan substansi materi yang sedang dibahas. Bagi pemerintah, badan penelitian dan pengembangan dapat direvitalisasi untuk memberikan sumbangan secara lebih substantif. Sedangkan peran komunitas epistemik juga instrumental.
Di tengah kejumudan kehidupan politik dan hukum yang cenderung mementingkan kelompok tertentu, serakah, dan tak kenal malu mempertaruhkan harga diri; kalangan akademisi, peneliti, dan pemerhati masalah kemasyarakatan menjadi garda artikulasi hati nurani masyarakat. Lembaga pendidikan tinggi, pusat studi, dan lembaga penelitian harus bisa mengambil peran lebih asertif dan strategis. Mereka memang tidak boleh lagi semata-mata mengandalkan pendanaan penelitian dari pemerintah dalam bentuk proyek penelitian yang cen-derung ‘pesanan’.
Namun, mereka dapat bersinergi dalam kepentingan yang saling beririsan. Bagi kalangan intelektual, sinergi tersebut akan berkontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan. Sedangkan untuk kalangan praktisi pengambil kebijakan, hasil penelitian yang dihasilkan akan semakin relevan bagi kebijakan. Kalangan masyarakat sipil maupun masyarakat pada umumnya perlu lebih cerewet menyikapi perkembangan yang terjadi. Kemajuan teknologi telah membuka lebar-lebar partisipasi dalam diskusi publik melalui media sosial dan berbagai laman.
Diskusi secara langsung dengan para pengambil kebijakan dan wakil rakyat/politisi secara lebih intensif pun dimungkinkan. Sebagian besar dari mereka memiliki akun media sosial dan sangat aktif memperdebatkan berbagai masalah di ranah publik. Semestinya dengan sikap mental para pemangku kepentingan seperti disebutkan di atas, proses membumikan MEA menjadi lebih mudah, cepat, dan substansial.
Proses pengambilan kebijakan di ranah formal semakin bermakna sebagai hasil artikulasi dan agregasi berbagai kepentingan para konstituen dan masyarakat umum yang lebih luas. Dengan demikian, membumikan MEA berarti juga memperluas basis representasi dalam setiap pengambilan keputusan publik. Itulah esensi dari people-centered ASEAN yang dicita-citakan.

Minggu, Mei 12, 2013

Mengapa Harus Hubungan Internasional?






Apa itu HI? Untuk apa itu HI? Mengapa harus HI?

HI adalah Hubungan Internasional. Biasa terdapat di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Seperti namanya, di HI kami belajar banyak tentang interaksi sesama manusia dan juga bagaimana mereka berpolitik, melakukan kegiatan tersebut secara sistematis dan struktural. Namun di HI, bukan sembarang interaksi dan juga cara berpolitik biasa yang kami pelajari, namun kembali ke nama nya, kami mempelajari berbagai interaksi manusia mulai dari sebagai individu, kelompok dan tentu saja interaksi antar negara. Begitupun politik nya lebih cenderung mempelajari politik luar negeri dalam sistem internasional. Tentunya hal ini akan lebih advance dibanding politik dalam negeri mengingat dinamika dunia internasional yang selalu berkembang setiap saat.

HI termasuk jurusan yang paling lengkap dalam mempelajari berbagai ilmu. Bagaimana tidak, selain sosial dan politik, disini kita juga mempelajari Ekonomi, Hukum, Bahasa, Budaya, Administrasi bahkan ilmu hitung-menghitung dan masih banyak yang lainnya. Kenapa? Karena setiap peristiwa di dunia internasional yang terjadi tidak akan lepas dari itu semua. Contoh dalam interaksi antar negara, mereka melakukan perdagangan, maka perspektif ekonomi lah yang digunakan, begitu juga yang lainnya. Bila HI adalah sebuah kesatuan tubuh, maka itu semua adalah tulangnya.

Perlu diketahui pula, bahwa HI atau interaksi negara yang sekarang ini baru dimulai tahun 1648 saat terjadinya peristiwa Peace of Wetphalia.yang mengakhiri perang tiga puluh tahun antara kelompok Kristen Protestan dan Katholik, keduanya masih ada dalam kekuasaan Emporium Kerajaan Romawi.Peace of Westphalia akhirnya menghasilkan sebuah konsep baru mengenai sistem global saat itu. Keadaan negara-negara yang dominan berbentuk kerajaan atau emporium mulai terkikis oleh bentuk nation-state atau negara bangsa seperti sekarang ini. Di saat yang bersamaan muncul konsepsovereignity atau kedaulatan. Kedaulatan bisa dianalogikan sebagai pagar yang jelas yang membatasi mana yang merupakan urusan negara masing-masing.

Kemudian pada intinya, interaksi dalam HI hanya ada dua, yakni cooperationatau kerjasama dan conflict atau konflik. Perbedaan keduanya akan saya jelaskan dalam tulisan berikutnya.

Dalam HI itu banyak belajar teori? Well, harus saya katakan iya. Teori itu merupakan modal penting dalam menyelami HI, selain modal pengetahuan isu HI tentunya. Bisa saya katakan teori dalam HI itu bagaikan kerangka yang siap dibungkus oleh berbagai macam bahan dan pada akhirnya akan menghasilkan bentuk hasil akhir yang nyata dan indah. Teori juga bisa disebut kacamata/perspektif yang berguna memberi kita pandangan dan anggapan apa saja yang ada dalam HI. Teori itu sebuah sudut pandang dan sebuah arah yang akan menunjukkan kemana kita harus pergi dan melangkah.



Baiklah teori-teori utama dalam HI itu ada Realisme dan Liberalisme/Idealisme. Nah kedua teori inilah yang akan menghasilkan teori-teori lainnya yang banyak sudut pandangnya banyak meminjam dari keduanya. Masing-masing teori akan saya tulis juga dalam postingan berikutnya.

Saya akan coba mengasosiasikan dua teori utama tersebut secara singkat. Pertama Realisme. Bayangkan ada tiga orang bernama A, B dan C. Nah dalam kesehariannya, masing-masing mereka saling mencurigai satu sama lain, menganggap mereka ancaman, si A takut si B dan C bekerja sama begitu pula yang lainnya. Mereka masing-masing melakukan sesuatu demi kepentingan mereka yang utama. Itulah realisme, dalam teori atau perspektif ini berbicara bahwa sesungguhnya manusia itu jahat dan akan melakukan apa saja demi tercapainya keinginan mereka. Nah dalam HI orang-orang itu berwujud negara. Teori ini merupakan teori utama dalam HI.

Kemudian Liberalisme, kebalikan dari realisme, bila tadi si A, B dan C saling mencurigai dan menganggap orang selain mereka adalah ancaman, maka dalam liberalisme akan menganggap mereka akan bisa saling bekerjasama dalam sebuah interaksi dan kegiatan apapun untuk mencapai kepentingan bersama. Teori ini memiliki keyakinan bahwa sesungguhnya manusia itu memiliki sifat yang baik dan bisa bekerjasama. Juga dalam HI orang tersebut akan berwujud sebagai negara.

Nah selain dua teori tersebut. Isu yang dipelajari juga terbagi dua, isu tradisional dan non-tradisional. Isu tradisional berbicara hanya sebatas perang, militer dan perdamaian. Sedangkan isu non-tradisional mencakup seperti HAM, perubahan iklim, pengungsi, kemisikinan, bencana alam dan kerjasama lainnya.

Ada empat aktor utama dalam HI, yakni negara, organisasi internasional seperti PBB, ASEAN, OPEC dll, MNC atau perusahaan multinasional yang jangkauannya sudah mendunia dan terakhir individu meskipun cakupannya tidak terlalu besar.

Nah berbagai hal diatas tersebut bisa kita bayangkan sebagai pecahan-pecahan puzzle yang setiap bentuknya tetap, namun bisa dibentuk dan disatukan menjadi gambar baru tergantung teori dan perspektif mana yang kita gunakan. Dalam HI pula lah kita bisa mengaktualisasikan diri dan mendapat pengetahuan lebih yang selama ini tidak kita ketahui mengingat cakupan ilmu nya yang sangat luas. Dan yang lebih penting, dalam HI kita bisa meramalkan peristiwa apa yang akan terjadi berdasarkan data dan analisis fakta yang telah kita kumpulkan sebelumnya. Juga menjadikan kita memiliki bekal untuk memahami cara pandang kita terhadap suatu negara, sekaligus mempelajari secara mendalam kebudayaan dan bahasa suatu negara. Tidak lupa asumsi dasar realisme dan liberalisme tentunya bisa kita gunakan untuk menganalisis interaksi antar manusia, untuk mengenal mana manusia yang jahat dan bisa diajak kerjasama. Maka mulai sekarang, buat kita yang kepengen masuk HI janganlah ragu untuk mengenal bahkan menyelami Hubungan Internasional, dari berbagai sumber. Yakinlah disini kalian akan mendapatkan ilmu dan pengetahuan apapun yang kalian ingin. We’re welcome for you all, be there and become a nice HI-ers.