Who Wants to be a Diplomat? Apa yang
terlintas di pikiran kamu ketika mendengar kata “diplomat”? Jalan-jalan ke luar
negeri, gaji dolar, penampilan stylish & dandy lengkap dengan jas dan dasi,
kehidupan glamour, pintar bersilat lidah dengan bahasa-bahasa bersayap? Atau
mungkin kamu sepakat dengan adagium lama bahwa diplomat identik dengan
protokol, alkohol, dan kolesterol? Imajinasi kamu memang tidak terlalu salah,
tapi juga tidak mencerminkan profesi diplomat secara benar dan utuh. Profesi
diplomat jauh lebih luas dari sekadar hal-hal yang sering diimajinasikan oleh
orang awam. Siapakah Diplomat? Siapa sebenarnya diplomat itu? Tanpa harus
merujuk pada konsep-konsep yang kompleks atau tinjauan sejarah yang panjang,
secara sederhana diplomat bisa disebut sebagai seseorang yang bekerja di
kementerian luar negeri dan ditempatkan di suatu negara untuk menjalankan
fungsi yang terkait dengan hubungan negaranya dengan negara lain. Seseorang
diplomat bisa saja berasal dari instansi di luar kementerian luar negeri
(contoh atase militer, atase pendidikan, atase perdagangan, dll), tapi ia
berada di bawah koordinasi dan otorisasi kementerian luar negeri. Sebaliknya
ada juga pegawai kementerian luar negeri yang bekerja di luar negeri tapi ia
bukan diplomat, contohnya staf lokal, pegawai administrasi dan komunikasi.
Singkatnya, diplomat adalah suatu profesi yang spesifik dengan karakter dan
fungsi tertentu.
Pertanyaan selanjutnya, apa sebenarnya yang dikerjakan seorang
diplomat? Secara konseptual diplomat memiliki empat fungsi utama, yaitu (1)
mewakili (representing) pemerintah negaranya di negara tempat ia ditugaskan
(negara akreditasi); (2) mengembangkan (promoting) hubungan baik antara
negaranya dengan negara akreditasi; (3) melindungi (protecting) warga negaranya
atau kepentingan negaranya di negara akreditasi; (4) merundingkan (negotiating)
berbagai hal terkait dengan hubungan negaranya dengan negara akreditasi; dan
(5) mendapatkan (ascertaining) informasi terkait dengan perkembangan negara
akreditasi kemudian melaporkannya kepada pemerintah negaranya. Konkritnya
seorang diplomat mengerjakan hampir semua hal yang terkait dengan hubungan
negaranya dengan negara lain. Jangan bayangkan kerja diplomat hanyalah
kerja-kerja yang “keren” seperti menjadi delegasi di PBB, menghadiri sidang
ASEAN, atau juru runding perjanjian RI dengan negara lain, dll. Diplomat juga
harus menjalankan dengan tugas-tugas yang bersifat pelayanan dan perlindungan
kepada masyarakat seperti pelayanan visa atau perlindungan warga RI di luar
negeri. Jadi, seorang diplomat juga harus siap mengurus TKI bermasalah dari
mulai mengunjungi penjara, menyediakan bantuan hukum, memproses pemulangan,
bahkan termasuk mengantar jenazah WNI ke tanah air.
Deplu saat ini memberikan
prioritas yang tinggi terhadap upaya pelayanan dan perlindungan WNI di luar
negeri dengan semangat “kepedulian dan keberpihakan”. Bukan zamanya lagi
diplomat hanya tampil necis di KBRI dan acara-acara seremonial. Bukan waktunya
lagi diplomat yang angkuh dan arogan terhadap warga sendiri di luar negeri.
Diplomat RI harus siap menggulung lengan baju dan terjun langsung melayani
masyarakat kita di luar negeri. KBRI adalah rumah Indonesia di luar negeri yang
bisa diakses oleh WNI setiap saat. Mengingat tuntutan tugas yang beragam,
seorang diplomat dituntut untuk memiliki kecakapan yang komplit.
Pertama, dari
aspek mental harus dicamkan bahwa pada dasarnya seorang diplomat adalah seorang
pegawai negeri atau aparat negara. Diplomat bukan pegawai swasta, akademisi,
jurnalis, atau aktivis LSM. Sebagai aparat negara ia adalah abdi dan pelayan
kepentingan rakyat. Terkait dengan hal ini seorang diplomat minimal harus
memiliki dua karakter utama. Pertama, ia harus memiliki mental melayani
kepentingan masyarakat. Mentalitas birokrat lama yang lamban dan justru ingin
dilayani harus dibuang jauh-jauh. Kedua, seorang diplomat dengan sendirinya
haruslah seorang nasionalis. Artinya, ia memiliki kepekaan terhadap masalah
kemasyarakatan dan kebangsaan dan memiliki komitmen yang tinggi untuk memperjuangkan
kepentingan bangsanya dalam hubungan antarbangsa. Selain itu karena merupakan
aparat negara dan bagian dari birokrasi maka seorang diplomat juga harus taat
dengan prosedur dan mekanisme kerja pemerintahan yang memiliki jenjang dan
hierarki tertentu, tanpa harus menjadi birokratis. Jika Kamu tidak memiliki
semangat pelayanan atau kesiapan dengan struktur birokrasi, ada baiknya Kamu bekerja di tempat lain apakah sebagai peneliti, aktivis LSM, atau di sektor
usaha.
Kedua, dari sisi intelektualitas seorang diplomat dituntut untuk
memiliki pengetahuan yang luas mengenai berbagai hal. Yang pertama dan paling
utama, seorang diplomat harus paham dan mengenal betul negerinya sendiri. Ia
harus menguasai pengetahuan tentang sejarah, sistem dan dinamika perkembangan
politik, ekonomi, sosial, budaya, geografi negerinya sendiri dengan baik. Untuk
mahasiswa Hubungan Internasional hal ini perlu diperhatikan, karena terkadang
karena terlalu “asyik” dengan segala hal yang berbau internasional, justru
kurang memperhatikan perkembangan-perkembangan di dalam negeri. Selain
pemahaman masalah dalam negeri, pemahaman masalah-masalah internasional juga
mutlak diperlukan mulai dari isu-isu politik, keamanan, ekonomi, lingkungan,
hinga masalah-masalah sosial budaya. Memiliki keahlian di satu aspek yang
khusus sangat baik, akan tetapi seorang diplomat harus tetap memiliki pemahaman
memadai terhadap semua masalah. Dengan kata lain seorang diplomat dituntut
untuk menjadi seorang generalis sekaligus spesialis.
Ketiga, karena lingkup tugasnya
berhubungan erat dengan hubungan antarindividu, dari sisi keterampilan, seorang
diplomat dituntut untuk memiliki kemampuan komunikasi dan interaksi yang baik.
Penguasaan bahasa Inggris yang baik, bahkan mendekati sempurna, adalah suatu
keharusan. Akan menjadi nilai lebih jika memiliki kemampuan bahasa asing
lainnya, khususnya bahasa yang digunakan di PBB (Arab, Perancis, China, Jepang,
Spanyol, Jerman, atau Rusia). Kecakapan berbicara di depan publik (public
speaking) juga merupakan suatu keharusan bagi seorang diplomat. Yang juga tidak
kalah pentingya bagi seorang diplomat adalah kemampuan berinteraksi, termasuk
interaksi interkultural. Seorang diplomat harus luwes bergaul dengan siapa saja
dan dari latar belakang apa saja. Karena itu, seorang diplomat juga memiliki
pikiran yang terbuka serta fleksibilitas dalam berinteraksi. Singkatnya,
seorang diplomat harus tegas dalam prinsip namun fleksibel dalam pendekatan.
Seorang yang dogmatis dan kaku tidak cocok untuk menjadi seorang diplomat.
Dengan kemampuan komunikasi dan interaksi yang baik, seorang diplomat akan
mampu membangun hubungan dan jaringan yang luas di mana saja yang sangat
penting untuk mendukung tugasnya. Siapkan Strategi Pertempuran Jika kualifikasi
tersebut sudah anda dimiliki, berarti anda sudah layak untuk menjadi seorang
diplomat. Sekarang masalahnya adalah bagaimana kamu bisa masuk ke Departemen
Luar Negeri. Di manapun di seluruh dunia, profesi diplomat selalu memiliki
tingkat kompetisi yang tinggi, apalagi di Indonesia dimana tingkat penganggguran
sangat tinggi. Sebagai ilustrasi, pada perimaan tahun 2006 yang lalu, terdapat
sekitar 15.000 pendaftar, sementara yang diterima hanya 100 orang. Dalam hal
ini strategi dan taktik menembus ujian sangat menentukan. Karena ada kalanya
kemampuan yang baik tidak selalu berarti kamu bisa lulus ujian. Kamu boleh
memiliki semua prasyarat sebagai diplomat yang ideal, tapi ketika Kamu tidak
mempersiapkan ujian dengan baik, bisa saja anda gagal dan kalah dari orang yang
kemampuannya biasa-biasa saja tapi memiliki persiapan dan strategi ujian yang
baik. Karena itu kata kuncinya adalah persiapan, strategi, dan taktik!
Ada
empat tahapan seleksi ujian Deplu.
Pertama, seleksi kelengkapan administrasi,
mulai dari ijazah, bukti identitas diri (KTP, Akte Kelahiran), hingga
surat-surat keterangan lainnya. Dalam tahap ini yang dilihat hanyalah
kelengkapan dan kesesuaian dengan syarat yang dibutuhkan. Karena itu, anda
harus cermat dan teliti, jangan sampai ada dokumen yang salah atau tertinggal.
Setelah seleksi administrasi lolos, tes tahap kedua adalah ujian subtansi
tertulis mengenai masalah-masalah nasional dan internasional, dalam bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris. Biasanya soal terdiri dari tiga kategori, yaitu
pilihan berganda, pertanyaan dengan jawaban pendek, serta pertanyaan esai
opini. Secara umum Kamu harus menguasai isu-isu nasional dan internasional
terkini (minimal satu tahun terakhir dan enam bulan ke depan). Pada pertanyaan
kategori pertama dan kedua, Kamu harus menguasai pengetahuan yang bersifat detail
(contoh: siapa Sekjen ASEAN sekarang, di mana KTT ASEAN XII diadakan, berapa
kali Indonesia jadi anggota DK PBB, siapa Sekjen WTO, kapan Amandemen Ketiga
UUD, sebutkan visi Kabinet Indonesia Bersatu, berapa negara dan sebutkan
seluruh anggota ARF, dll). Oleh karena itu Kamu dituntut bukan saja memahami
tapi juga hafal data-data yang detail mengenai suatu peristiwa. Pertanyaan
kategori tiga adalah pertanyaan dengan jawaban esai mengenai berbagi isu
nasional dan internasional kontemporer (contoh: Jelaskan pendapat Kamu mengenai
penanganan TKI; Bagaimana peran Indonesia dalam DK PBB, dll).
Seleksi tahap
ketiga adalah kemampuan bahasa. Kamu bisa memilih bahasa Inggris saja, atau
bahasa-bahasa PBB lainnya yang dikuasai (Arab, Perancis, Spanyol, China, Jepang,
Jerman, dan Rusia). Peserta bahasa asing selain Inggris memang lebih sedikit,
tapi umumnya mereka yang memilihnya memang menguasai dengan baik. Jadi jika
pemahaman bahasa asing selain Inggris anda sedang-sedang saja, sebaiknya pilih
bahasa Inggris saja. Tes kemampuan bahasa adalah tes tertulis standar TOEFL
atau EPT (biasanya di LIA) dengan standar minimum 550. Akan lebih baik jika
sebelum ujian anda berlatih tes yang sejenis sehingga bisa mnegukur kemampuan.
Tes keempat terdiri dari tiga jenis tes, (1) tes psikologi tertulis dan
wawancara ; (2) tes kemampuan teknologi informasi, dan (3) wawancara substansi.
Tes psikologi akan menilai apakah secara psikologis anda cocok menjadi
diplomat. Dengan kata lain anda akan dinilai apakah memiliki kepribadian yang terbuka,
kemampuan komunikasi yang baik, kemampuan mengidentifikasi kelemahan,
kelebihan, dan tujuan hidup, dll. Tidak ada jawaban yang benar atau salah dalam
tes ini. Yang perlu dipersiapkan adalah kepercayaan diri, ketenangan dan daya
tahan, karena tes berlangsung cukup lama dan melelahkan. Tes pengetahuan
teknologi informasi (IT) pada waktu yang lalu dilakukan secara tertulis.
Pertanyaan seputar istilah-istilah IT yang banyak digunakan (misalnya WiFI,
LAN, blackberry, dll), software maupun pemrograman, atau cara-cara menjalankan
operasi komputer.
Tes terakhir dan biasanya paling menentukan adalah tes
wawancara substansi. Setiap orang akan menghadapi satu panel yang terdiri dari
tiga interviewer. Wawancara berlangsung maksimal 30 menit. Pertanyaan seputar masalah
nasional dan internasional dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Selain
kemampuan menjawab pertanyaan, dinilai juga penampilan dan tingkah laku. Jadi
selain mempersiapkan substansi, Kamu juga harus tampil dengan baik. Jika anda
lulus tahap terakhir ini, maka Selamat anda telah menjadi calon diplomat !!!
The First Step of Long Journey Lulus seleksi adalah awal dari perjalanan Kamu menjadi diplomat. Bersuka cita selama bulan-bulan pertama boleh-boleh saja.
Akan tetapi setelah itu Kamu harus melalui tahapan-tahapan panjang dalam karier
sebagai diplomat. Satu tahun pertama calon diplomat harus mengikuti Sekolah
Dinas Luar Negeri (Sekdilu) selama sekitar tujuh bulan dilanjutkan dengan
magang di luar negeri selama tiga bulan. Selama Sekdilu, para calon diplomat
akan mendapatkan materi seputar pengetahuan tata organisasi Deplu, substansi
hubungan internasional, politik luar negeri, diplomasi dan masalah-masalah
domestik, serta keterampilan-keterampilan diplomasi (negosiasi, public
speaking, korespondensi diplomatik, bahasa asing dll).
Setelah selesai mengikuti
pendidikan, maka para diplomat muda akan ditempatkan di unit-unit di Deplu
selama selama sekitar tiga tahun. Selama periode tersebut, para diplomat muda
juga diberi kesempatan untuk melanjutkan studi yang lebih tinggi (S-2 atau
S-3). Deplu sangat mendorong para diplomat untuk menempuh pendidikan
setinggi-tingginya. Setelah sekitar tiga tahun di dalam negeri, para diplomat
muda ditempatkan ke perwakilan-perwakilan RI di luar negeri selama tiga tahun.
Setelah itu mereka harus kembali ke tanah air selama dua sampai tiga tahun, dan
kemudian ditempatkan lagi di luar negeri. Demikian seterusnya hingga pensiun.
Dalam perjalanan karier seorang diplomat, ia akan mendapat ranking diplomatik
secara berjenjang.
Dari mulai terendah sampai tertinggi adalah: attaché, third
secretary, second secretary, counselor, minister counselor, minister, dan
ambassador. Duta besar adalah karier puncak seorang diplomat, meskipun tidak
semua diplomat bisa mencapai karier puncak tersebut. Selain itu, karena
merupakan jabatan politis maka duta besar juga bisa diisi oleh mereka dari luar
diplomat karier. Untuk mencapai puncak karier diplomat juga terdapat
jenjang-jenjang pendidikan yang harus dilalui seperti Sekolah Staf Dinas Luar
Negeri (Sesdilu) untuk tingkat madya dan Sekolah Pimpinan Departemen Luar
Negeri (Sesparlu) Nah, bagaimana dengan kesejahteraan? Selama bertugas di dalam
negeri gaji diplomat sama seperti pegawai negeri pada umumnya tergantung
pangkat dan golongan (mulai dari Rp.1 juta hingga 3 juta). Dibanding dengan
sektor swasta tentu gaji pegwai negeri relatif lebih kecil. Selama di luar
negeri memang seorang diplomat digaji dengan mata uang dollar Amerika Serikat.
Mengingat standar kehidupan di luar negeri yang relatif cukup tinggi dan status
sebagai wakil negara, diplomat mendapatkan penghasilan yang cukup tinggi
dibanding standar pegawai negeri di dalam negeri. Di luar negeri, rata-rata
seorang diplomat bergaji mulai US$ 3000 hingga US$ 6000 per bulan. Akan tetapi,
ketika kembali ke tanah air maka gajinya kembali ke standar tanah air. Yang
pasti, pendapatan sebagai seorang diplomat relatif mencukupi sehingga tidak ada
alasan untuk tidak bekerja secara optimal apalagi untuk korupsi. Demikianlah
gambaran mengenai karier sebagai diplomat. Terlepas dari masalah prospek karier
dan tingkat kesejahteraan, mestinya pilihan karier didasarkan pada minat Kamu,
kemampuan, dan idealisme. Satu hal yang pasti, seorang diplomat adalah
penyambung lidah rakyat, pelayan dan pengabdi rakyat. Karena itu diplomat harus
peduli, berpihak, dan bekerja keras memperjuangkan kepentingan bangsa, negara
dan rakyat!!!!
Selamat menjadi diplomat!!!!
0 komentar :
Posting Komentar